Kisah Cinta itu Berawal dari (Macromedia) Flash

Hari menginjak sore. Lesta yang masih penasaran ma Flash akhirnya nawarin buat ngelanjutin di kos temennya. Aku pun mengiyakan aja. Toh, aku ga ada agenda apa-apa juga. Sebelum keluar dari kampus, kami bertiga mampir Dekanat buat ngelihat hasil ujian yang udah keluar. Lesta yang beda fakultas akhirnya hanya duduk aja nungguin kami berdua.

Hanya NIM dan nilai yang ditampilkan. Iseng aku tanya ke dia, “NIM mu berapa?”
“Rahasia dunk! Wekkk”
“Hahaha.. Kalo Luna NIM nya berapa?”
“Ah kalo dia mah ga usah ditanyain. Nilainya juga itu-itu aja” Sambil nunjukin sebuah NIM dengan nilai ‘A’.
Iya juga sih. Dari praktikum, bisa ketahuan kalo Luna memang termasuk anak dengan otak yang encer (entah tingkat keencerannya berapa persen). Setelah ini aku juga jadi tahu, kalo Luna termasuk salah satu temen akrabnya.

Parkiran motor. Berlanjut ke sebuah kos di Tunjungsari. Aku hanya bisa berdecak “Wow”. Kosan yang bisa dibilang elit memang. Mewah lah kesannya. Dengan meminjam kunci pada seorang penjaga kosnya, kami bertiga kemudian masuk ke dalam sebuah kamar di lantai 2. Melihat aku yang merasa kikuk, Lesta kemudian berujar, “Nyantai aja Mas. Tadi aku dah bilang temenku kalo mo minjem kamarnya”. Kalo saja bisa membaca pikiranku, aku kikuk bukan karena itu. Terlebih karena seorang cowok dan dua orang cewek berada dalam sebuah kamar. Kamar orang lain pula.

Nyalain laptop. Flash. Kembali aku ngejelasin tentang konsep frame, keyframe dan animasi motion in tweening. Anna tampak membaca-baca buku yang ada di kamar itu. Tak berapa lama, ia pamit buat sholat asar. ‘Ga pa pa ini kami ditinggal berdua saja?’ pikirku. Beberapa menit berlalu setelah Anna kembali, hape Lesta bergetar. Ia membaca sebuah SMS kemudian minjam motor Anna buat keluar bentar. ‘Ini yang minta diajarin malah pergi sih? -_-‘ *krik..krik… Otomatis tinggal kami berdua di kamar itu. Saat itu langit tampak mendung. Aku yang lagi mengamati Anna tiba-tiba kepikiran, ‘Ni anak cakep juga ya. Imut. Enak nih digodain’

Meski cuaca saat itu mendukung, tapi ini cerita cinta guys. Bukan cerita porno. Jadi adegan selanjutnya ga bakal terjadi seperti di cerita-cerita stensilan. Sepi. Tanpa dialog. Bingung mo mulai ngomong apa, tiba-tiba teringat kalo Anna kemarin itu juga ikut Latihan Kepemimpinan. Aku ingat betul karena dia termasuk nama yang ga mendaftar lewat HM.
“Kemarin ikut LK juga ya Ann?”
“Hu’uh Mas”
“Satu kelompok ma siapa yang dari jurusan kita?”
“Bareng ma Mas Itu tuh” <~ downloader 384 kbps
“Kog kemaren ga daftar kewat HM?”
“Lagi males Mas, urusan ma HM. Kemarin itu Outbond kan aku juga ga ikutan” <~ pada masa kaderisasi saat itu, termasuk bandel juga nih anak.
“Ohh…”

Jam lima lebih Lesta baru kembali. Aku bilang kalo udah pengen balik. Sebelum balik, dia tak pinjemin sebuah buku flash, yang aku pinjem dari perpustakaan unversitas sehari sebelumnya <~ nih cowok bener-bener ga modal ya! =)) Pengen ditraktir makan bareng dulu, aku tolak halus, udah sore dan belum sholat asar juga sich.

Hari itu, Flash itu, Kamar itu, seolah menjadi sebuah pijakan untuk cerita baruku. Sebuah cerita bahagia.

*SFX: Beberapa hari kemudian*
SMS masuk, dari Anna. “Mas, ni aku mo ngembaliin buku yang kemarin kamu pinjemin ke Lesta. Ntar ya di kampus sambil ngeliat Nilai”
“Ok”

Sebuah cerita kembali membentang di hadapanku. Bukan cerita tentang Flash. Bukan pula tentang Lesta. Cerita tentang aku dan Anna, yang semakin dekat dari hari ke hari. SMS, friendster. Ya. FS! Zaman segitu Facebook belum booming. Dari testimonial di FS (masih ada dikamus ga ya kata testi? hahaa) aku kaget kalo Anna tampak akrab ma salah satu temen cewek se-angkatan-ku. “Wow!” *sambil salto meluk guling* Tipe cewek yang bisa menempatkan diri dan pinter menjalin networking, pikirku saat itu. Kagum.

Bulan baru. Tahun pun ikutan baru. *Paragraf ini hanya intermezzo* Setelah perebutan sengit kedua temenku untuk menduduki posisi Ketua HM, cerita pun berlanjut ke proses rekruitmen anggota-anggotanya. ^Perebutan sengit, karena saat perhitungan yang hanya menyisakan satu surat suara, perolehan mereka hanya terpaut 1 orang. Surat suara terakhir itulah yang akan menentukan apakah harus dilakukan pemilihan ulang^ atau tidak. ^Pemilihan ulang yang tentunya tidak diharapkan panitia KPI bukan? hahaa ^_^v

Paragraf berikut yang juga masih intermezzo ini akan sedikit menceritakan tentang Luna, sebut saja salah satu temen akrab Anna. Dari Luna lah aku tahu tanggal lahir Anna dan hal-hal lebih jauh tentangnya. Saat proses rekruitmen anggota HM, mereka berdua tak ketinggalan mendaftar. Dari sini semesta seakan memberi jalan untuk aku semakin dekat dengan mereka berdua, Anna dan Luna. Bahkan karena kedekatanku dengan Luna, (aku baru tahu dari Anna di kemudian hari), kalo Luna dan mantan pacarnya saat itu sempat berselisih gara-gara aku. Berasa FTV banget yak! Mwahahaha..

Nilai-nilai ujian udah keluar meski belum semua. Proses perekrutan untuk pembentukan HM yang baru selesai tepat sesuai jadwal. Satu kata setelahnya: Libur!! Teman-teman perantauan mudik ke tempat asal mereka. Tak terkecuali Anna. Aku pun memutuskan untuk melanglang sejenak ke luar propinsi. Sampai detik ini, selain ke Luna, aku ga pernah cerita bahkan ke temen-temen dekatku kalo aku juga lagi dekat ma Anna. Yang mereka tahu, aku dekat ma cewek lainnya lagi *uhuk* *keselek*

bersambung … (ga tau nulis sambungannya kapan)

14 Comments

Leave a Comment

Capcay *